Viewers

Sabtu, 11 Februari 2017

BOUND - OKKY MADASARI


Judul                     : Bound
Judul asli              : Pasung Jiwa (2013)
Penulis                  : Okky Madasari
Penyunting           : Anastasia Mustika Widjaja
Penerjemah           : Nurhayat Idriyanto Mohamed
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit           : Jakarta
Tahun Terbit        : 2014
Tebal buku           : 280 halaman; 20cm
Jenis                     : Fiksi
ISBN                    : 978602030534

          Bound merupakan terjemahan novel Pasung Jiwa dari seorang penulis Okky Madasari. Well, sebenarnya baru pertama kali sih baca novel Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. So far, this is really good. Terjemahannya gak bikin pusing hehe. Oh, ya.. novel ini memiliki dua sudut pandang dari dua karakter yang berbeda. Mereka mencari kebebasan dari semua batasan.

REVIEW STORY :

SASANA

          Cerita ini di awali oleh Sasana kecil yang di berikan kurus les piano oleh orang tuanya. Titik jenuh pun mengampiri Sasana hingga ia menemukan sebuah pertunjukan dangdut di desa. Sasana pun menghampiri dan ikut larut dalam pertunjukan itu. Lagu pertama yang ia dengar adalah Terajana - Rhoma Irama. Dari sana lah ia mulai menyukai dangdut. Orang tuanya yang mengetahui hal ini marah kepadanya. Sasana dilarang untuk keluar rumah agar tak dapat mendatangi pertunjukkan dangdut tetapi hasrat penyuka dangdut dalam dirinya tak dapat di pendam. Ia selalu mencari cara agar tetap bisa menikmati lagu dangdut.
Suatu hari ia mendengar sebuah lagu Darah Muda - Rhoma Irama di radio dari dalam kamar pembantunya, Mbak Minah. Lagu tersebut membuat Sasana bergoyang seperti saat ia di pertunjukkan dangdut lalu. Mengetahui hal tersebut Mbak Minah sempat memarahinya namun Sasana tidak mendengarkannya dan membawa radio itu ke kamarnya.

          Beranjak masuk SMA ia di masukan ke sebuah sekolah Katolik. Orang tua Sasana menginginkan ia menjadi anak yang lebih relijius. Selama bersekolah disana, Ia tak pernah tahu siapa nama teman sekelas atau pun gurunya.
Ketika ia berjalan dekat perpustakaan, segerombolan lima anak laki-laki menghampirinya. Sasana tidak mengenal mereka. Mereka membawa Sasana ke toilet yang terletak di belakang sekolah dimana tempat tersebut jauh dari jangkauan siapa pun.
          Sasana mendapat perlakuan kurang manusiawi oleh ke lima anak laki-laki tersebut. Bersamaan dengan perlakuan tersebut, salah satu anak laki-laki itu memaksa Sasana untuk bergabung ke dalam kelompok mereka. Sasana tak dapat melakukan apa pun, akhirnya ia pun mengikuti apa yang mereka minta dan saat itu juga Sasana masuk ke geng mereka.
         
          Setelah masuk ke Dark Gang, penderitaan Sasana belum lah selesai. Sasana harus menyetorkan uang jajannya sebesar lima ribu rupiah kepada mereka, jika tak diberikan maka mereka akan melakukan hal yang sama ketika di toilet lalu. Hingga suatu saat, Sasana mendapat perlakuan yang sama. Kali ini Dark Gang tak hanya meminta uangnya namun juga mengambil semua yang mereka suka dari dalam tas miliknya. Sasana pulang dengan berlumuran darah. Ibunya yang mengetahui hal ini langsung menelpon Ayahnya. Setelah sampai di rumah Ayahnya menduga bahwa Sasana berkelahi. Sasana yang sudah tak tahan atas tuduhan tersebut akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan yang sebenarnya.
         
          Setelah lulus dari SMA, Sasana melanjutkan ke perguruan tinggi di Malang. Sama seperti masa SMAnya, ia tak pernah mengenal teman sekampusnya. Sasana lebih banyak menghabiskan waktu dengan Cak Jek. Mereka berkenalan di sebuah kedai kopi dekat kosan Sasana. Dari sana lah mereka mulai mengamen bersama di kedai kopi yang dimiliki oleh Cak Man. Cak Jek memetik gitar sedangkan Sasana bernyanyi dangdut. Sejak saat itu pula Sasana berganti nama menjadi Sasa. Mereka ingin menjadi pengamen profesional. Setiap hari mereka memperbaiki penampilan hingga banyak orang menyukai mereka.

          Suatu hari Cak Man bercerita pada Sasa dan Cak Jek mengenai hilangnya adiknya yang bekerja di Sidoarjo, Marsini. Cak Man sangat sedih karena ia sangat menyayangi adiknya tersebut. Sasa dan Cak Jek pun mengusulkan untuk berdemo ke tempat Marsini bekerja. Semua rencana pun di persiapkan. Sebelumnya mereka mengumpulkan orang-orang untuk berdemo yaitu Memed, Leman dan sekelompok anak punk, Marjinal.

          Hari itu pun tiba. Mereka ke Sidoarjo dengan menumpangi bus. Peralatan demo seperti poster & banner telah dipersiapkan. Siang hari demo dilaksanakan. Mereka berdemo ditengah jalan dekat pabrik tersebut. Security pabrik itu pun meminta mereka untuk bubar namun mereka tak menghiraukannya.
Datanglah beberapa polisi dan tentara. Mereka pun berhasil dibubarkan dan dibawa ke suatu tempat. Di tempat itu, Sasa mendapatkan perlakuan asusila setelah itu mereka membuang Sasa diperbatasan militer. Sejak saat itu Sasa mendapat tekanan jiwa. Ia selalu mengingat perlakuan oknum yang tak bertanggung jawab itu. Ibunya Sasa mengira bahwa anaknya sudah tak waras hingga Sasa pun di masukkan ke rumah sakit jiwa.

          Selama di RSJ, Sasa selalu merenung mengapa ia berada disana. Sasa merasa tak merasa gila. Lalu ia dipertemukan seorang teman bernama Banua. Banua sering bercerita pada Sasa bahwa ia ingin bebas. Hinggu suatu hari Banua ditemukan tewas karena bunuh diri. Sasa pun mengerti arti kebebasan Banua. Disana, ia pun bertemu Masita, seorang suster yang sedang magang. Entah mengapa, Sasa merasa nyaman saat berdekatan dengannya. Masita menjadi satu-satunya orang yang di percaya oleh Sasa. Masita pun percaya bahwa Sasa tidak lah gila hingga suatu saat ia menyuruhkan Sasa melarikan diri dari RSJ bersama teman-temannya.

          Setelah melarikan diri dari rumah sakit, Sasana kembali ke Malang untuk mencari Cak Jek, Memed dan Leman. Ia mengunjungi tempat kedai kopi milik Cak Man. Namun, tempat itu sudah berubah menjadi sebuah rumah. Salah satu tetangganya mengatakan bahwa Cak Man tidak pernah kembali sejak mencari adiknya.

          Pada saat itu juga, Sasana mulai mengamen seorang diri. Ia mencoba mewujudkan impian tertunda Cak Jek yaitu menjadi seorang artis yang profesional. Sasana tinggal berpindah-pindah tempat seperti masjid, di bawah pohon dan kadang menyelinap masuk ke universitas untuk mencari tempat terpencil dimana ia bisa beristirahat sejenak.

CAK JEK

          Setelah lama melaut, Jaka memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan mencari pekerjaan yang lebih layak tetapi ia tak ingin bekerja di pabrik kembali seperti di Batam. Jaka beristirahat sejenak di sebusah pos penjagaan. Saat ia terbangun terdapat 7 lekaki dan mereka menawarkan Jaka untuk bekerja. Jaka pun mengiyakan tawaran tersebut tanpa tahu apa yang harus ia kerjakan.
Setelah tiga bulan bekerja di Jakarta, Jaka memutuskan untuk pulang ke Malang menemui Ibunya. Namun sampai sana, ia mendapat kabar buruk bahwa Ibunya telah meninggal dunia dan rumah yang ia tempati diambil alih oleh seorang rentenir karna Ibunya tak bisa membayar hutang. Jek pun marah dan berniat membalas dendam pada rentenir itu. Ia menghubungi teman kerjanya yang berada di Malang. Ia meminta bantuan untuk merebut rumah itu kembali dari tangan rentenir. Jaka pun memutuskan untuk menetap di sana.

SASANA
          Sasa kembali ke Jakarta. Ia mengunjungi rumahnya namun Ayahnya tidak menerimanya dan Sasa pun memutuskan untuk pergi kembali. Di samping itu, Ibunya memutuskan memilih tinggal bersama Sasa. Mereka menyewa rumah. Selama tinggal bersama Ibunya, Sasa menceritakan semua yang telah terjadi, begitu pun sebaliknya.
          Ibunya mengusulkan untuk menjadikan Sasa seperti super star. Ia mulai merekam joget Gandrung ala Sasa dan mengirimnya ke media. Tak lama kemudian, gambar Sasa pun mucul di koran. Sejak saat itu ia mendapat tawaran manggung di berbagai kota.

          Pada saat ia manggung di Malang, terjadi kericuhan. Segerombolan pasukan berjubah putih dan berturban kotak merah putih menghancurkan apa yang ada di hadapan mereka. Namun Sasa tak melarikan diri seperti yang dilakukan penonontonnya. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh kelompok itu selanjutnya. Lalu pasukan berjubah itu menghampiri Sasa di atas panggung, ia mulai menyerang Sasa, Sasa pun melawannya. Namun mereka terlalu banyak hingga membuat Sasa kalah. Seketika itu ia melihat seseorang yang ia kenali.
Sasa menjadi terdakwa atas kasus penghinaan agama lewat penampilannya. Ia di hukum tiga tahun penjara.
         
          Setelah sebulan di penjara. Cak Jek menemui Sasa dan meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Mereka sempat sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tak lama kemudian mereka menangis mengingat masa-masa mereka mengamen bersama. Cak Jek ingin melepaskan Sasa dari penjara. Ia berbicara dengan pengawas penjara dengan berpura-pura ingin membawa Sasa keluar sebentar untuk menyelidiki kasus yang menimpanya. Pengawas itu pun terpengaruh dan setuju. Mereka dikawal keluar oleh penjaga sampai gerbang. Mereka berdua pun bebas.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar