AKU INGIN
Karya : Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintai dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintai dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Ini
postingan pertama saya tentang puisi. Saya ingin mencoba ‘mengorek’ lebih dalam
tentang puisi-puisi yang pernah saya baca. Btw, apa sih puisi itu ? apakah
hanya serangkaian kata-kata yang indah ?
atau hanya sebuah bentuk ekspresi yang dituangkan ke dalam tulisan ? hmm.. sampai
saat ini pun makna puisi itu sendiri tidak dapat di artikan secara tepat karena
penyair atau pun pembaca memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi arti
kata puisi itu sendiri.
Puisi diatas adalah salah satu puisi favoritku. Puisi ini
lah yang pertama kali membuat saya jatuh hati dan berlanjut untuk membaca
puisi-puisi yang lainnya hingga saat ini. Postingan
pertama untuk puisi yang pertama dibaca. Mungkin itu kalimat yang cocok untuk
menggambarkan postingan ini.
Baiklah, langsung saja kita mulai ‘korek-korek’ puisinya. Namun
sebelumnya, perlu diingat bahwa setiap orang memiliki cara untuk mengapresiasi
sebuah karya, begitu pun dengan saya yang akan mengapresiasi puisi tersebut
menurut interpretasi saya sendiri. Jadi, jika ada yang berbeda pendapat dengan
makna yang akan saya jabarkan, tidak apa-apa. Bahkan mungkin interpretasi yang
saya ungkapkan berbeda dengan penyairnya langsung, karena puisi itu berkaitan dengan
perasaan. Beda orang, beda rasa.
Puisi diatas terdiri dari dua bait. Dengan masing-masing
bait berisi tiga larik. Mengenai judulnya “Aku Ingin” menunjukan sebuah rasa
ingin memiliki sesuatu yang terpendam.
Larik pertama “Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana”, penyair seperti menginginkan seseorang
menjadi miliknya dengan mencintainya apa adanya, tanpa dibuat-buat dan tanpa
syarat. Disusul dengan kalimat “dengan
kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.”
Kalimat tersebut seolah menunjukkan bahwa penyair ingin mengungkapkan
perasaannya namun terhalan oleh sesuatu. Kalau di ‘korek’ secara kata seperti “kayu”
dan “api” sangat lah dekat. Kayu tidak akan menjadi abu jika tidak ada perantara
api. Ibaratnya sang penyair itu kayu, sedangkan orang yang dicintainya itu api.
Penyair mencoba mengungkapkannya namun ketika ia berdekatan dengan orang yang
ia sukai, seolah sulit untuk mengungkapkan rasa itu sendiri.
Pada bait
kedua ditegas kan kembali “Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana” seolah kali ini penyair benar-benar akan
mengungkapkannya. Lalu disusul dengan kalimat “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan kayu kepada
hujan yang menjadikannya tiada.” Kalimat ini
seolah menunjukkan penyair pada saat itu juga akan mengutarakan perasaannya. Namun
karena orang yang dicintainya sudah memiliki tambatan hati, ia pun sudah
terlambat memberitahu perasaannya pada orang yang ia cintai.
Yup!
Itu lah hasil interpretasi saya. Semoga bermanfaat dan nantikan ‘korek-korek’
puisi selanjutnya ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar