Viewers

Rabu, 17 Juni 2020

ULASAN FILM : JAGAD X CODE




#ulasfilmkemdikbud

Film ini bercerita tentang persahabatan tiga pemuda pengangguran yang selalu bersama yaitu Jagad (Ringgo Agus Rahman), Bayu (Mario Irwiensyah) dan Gareng (Opi Bahtiar). Diawal scene kita disuguhkan dengan suasana aktivitas warga pinggiran kali Code, Yogyakarta. Di sana lah tempat mereka tinggal. Jagad yang selalu membantu Ibunya (Ully Artha) sebagai tukang cuci, memiliki impian membelikan sebuah mesin cuci agar Ibunya tak kelelahan, Bayu yang gemar membaca baru saja dipecat dari bengkel karna kelalaiannya, dan Gareng hanya mengandalkan Adiknya yang bekerja disebuah salon.

Suatu hari mereka tak sengaja bertemu dengan Semsar (Tyo Pakusadewo), ia sedang makan di sisi jalan. Semua permasalahan pun dimulai. Semsar menyuruh Jagad, Bayu dan Gareng merebut sebuah flashdisk dari tas seorang wanita bernama Dhita (Feby Febiola) dengan imbalan sebesar tiga puluh juta rupiah. Semsar memberikan foto wanita tersebut. Awalnya mereka ragu, tetapi dengan penuh pertimbangan mereka pun menyetujuinya.

Kesenjangan teknologi membuat mereka kebingungan karena tak pernah melihat benda bernama flashdisk. Tiap orang yang mereka tanya pun tidak mengetahuinya. Lalu tiba lah mereka beraksi, Dhita muncul didepan mata. Mereka mendekatinya perlahan, Dhita yang sibuk bernegosiasi dengan pedagang tak sadar tasnya raib dibawa mereka. Setelah mengetahui tasnya hilang dan melihat tiga kawanan itu, ia berteriak kecopetan. Orang-orang disekeliling pun mengejar mereka.

Setelah aman dari kejaran warga, mereka mengeluarkan isi tas tersebut. Mereka menerka-nerka flashdisk yang dimaksud Semsar bermerk Ladies.  Mereka mengira benda itu lah yang diinginkan oleh Semsar. Jagad, Bayu dan Gareng pun ingin segera bertemu dengannya. Namun kesialan menimpa mereka. Benda tersebut dicuri seorang gadis yang mengidap kleptomania, Regina (Tika Putri). Disisi lain, Regina adalah putri seorang pengusaha kaya raya, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang sang Ayah (Ray Sahetapy) lantaran sibuk dengan pekerjaannya.

 

Di film ini banyak terjadi adegan saling kejar mengejar memperebutkan sebuah flashdisk. Padahal Jagad, Bayu, Gareng serta Regina tak mengetahui alasan mengapa Semsar dan bosnya sangat ingin memiliki benda itu. Rupanya sang sutradara menginginkan para penontonnya meduga-duga. Plot twist, itu lah yang dapat menggambarkan akhir film ini.

Konflik yang terjadi di film pun ini sangat dekat dengan kehidupan nyata. Banyak hal yang dapat dipetik dari film ini, diantaranya perilaku Jagad, Bayu dan Gareng melakukan tindakan kejahatan bukan lah jati diri mereka. Mereka memiliki impian yang mengharuskannya melakukan hal tersebut. Sejatinya segala sesuatu yang kita inginkan harus diwujudkan dengan cara yang benar.

Disamping perilaku 'terpaksa', mereka masih memiliki norma kesopanan yang dapat dipegang teguh. Seperti pada saat adegan mengejar Regina, mereka melewati perkampungan lalu muncul dua pria berpakaian Surjan. Mereka menyempatkan diri untuk berhenti sejenak dan merasa segan sambil berkata “Nuwun Sewu, Pak”.

Regina yang selalu merasa sendiri dan kesepian sehingga kesehatan mentalnya terganggu. Padahal ia sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sang Ayah.

Jagad akan membelikan Ibunya sebuah mesin cuci. Mendengar hal tersebut Ibunya sangat senang, namun ia berpesan hasil uang itu bukan lah dari uang haram. Jagad dan kawan-kawannya pun tersadar akan hal itu.

Pada dasarnya mereka berperangai baik tetapi terpengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang akan membentuk kepribadian, oleh sebab itu memfilter hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain perlu diterapkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar