#ulasfilmkemdikbud
Film ini bercerita
tentang persahabatan tiga pemuda pengangguran yang selalu bersama yaitu Jagad
(Ringgo Agus Rahman), Bayu (Mario Irwiensyah) dan Gareng (Opi Bahtiar). Diawal scene kita disuguhkan dengan suasana
aktivitas warga pinggiran kali Code, Yogyakarta. Di sana lah tempat mereka
tinggal. Jagad yang selalu membantu Ibunya (Ully Artha) sebagai tukang cuci,
memiliki impian membelikan sebuah mesin cuci agar Ibunya tak kelelahan, Bayu
yang gemar membaca baru saja dipecat dari bengkel karna kelalaiannya, dan
Gareng hanya mengandalkan Adiknya yang bekerja disebuah salon.
Suatu hari mereka tak
sengaja bertemu dengan Semsar (Tyo Pakusadewo), ia sedang makan di sisi jalan.
Semua permasalahan pun dimulai. Semsar menyuruh Jagad, Bayu dan Gareng merebut
sebuah flashdisk dari tas seorang wanita bernama Dhita (Feby Febiola) dengan imbalan
sebesar tiga puluh juta rupiah. Semsar memberikan foto wanita tersebut. Awalnya
mereka ragu, tetapi dengan penuh pertimbangan mereka pun menyetujuinya.
Kesenjangan teknologi membuat
mereka kebingungan karena tak pernah melihat benda bernama flashdisk. Tiap
orang yang mereka tanya pun tidak mengetahuinya. Lalu tiba lah mereka beraksi, Dhita
muncul didepan mata. Mereka mendekatinya perlahan, Dhita yang sibuk bernegosiasi
dengan pedagang tak sadar tasnya raib dibawa mereka. Setelah mengetahui tasnya
hilang dan melihat tiga kawanan itu, ia berteriak kecopetan. Orang-orang
disekeliling pun mengejar mereka.
Setelah aman dari
kejaran warga, mereka mengeluarkan isi tas tersebut. Mereka menerka-nerka flashdisk
yang dimaksud Semsar bermerk Ladies. Mereka mengira benda itu lah yang diinginkan
oleh Semsar. Jagad, Bayu dan Gareng pun ingin segera bertemu dengannya. Namun
kesialan menimpa mereka. Benda tersebut dicuri seorang gadis yang mengidap kleptomania,
Regina (Tika Putri). Disisi lain, Regina adalah putri seorang pengusaha kaya
raya, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang sang Ayah (Ray Sahetapy) lantaran
sibuk dengan pekerjaannya.
Di film ini banyak
terjadi adegan saling kejar mengejar memperebutkan sebuah flashdisk. Padahal
Jagad, Bayu, Gareng serta Regina tak mengetahui alasan mengapa Semsar dan
bosnya sangat ingin memiliki benda itu. Rupanya sang sutradara menginginkan
para penontonnya meduga-duga. Plot twist,
itu lah yang dapat menggambarkan akhir film ini.
Konflik yang terjadi di
film pun ini sangat dekat dengan kehidupan nyata. Banyak hal yang dapat
dipetik dari film ini, diantaranya perilaku Jagad, Bayu dan Gareng melakukan
tindakan kejahatan bukan lah jati diri mereka. Mereka memiliki impian yang mengharuskannya
melakukan hal tersebut. Sejatinya segala sesuatu yang kita inginkan harus
diwujudkan dengan cara yang benar.
Disamping perilaku 'terpaksa',
mereka masih memiliki norma kesopanan yang dapat dipegang teguh. Seperti pada
saat adegan mengejar Regina, mereka melewati perkampungan lalu muncul dua pria
berpakaian Surjan. Mereka menyempatkan
diri untuk berhenti sejenak dan merasa segan sambil berkata “Nuwun Sewu, Pak”.
Regina yang selalu
merasa sendiri dan kesepian sehingga kesehatan mentalnya terganggu. Padahal ia
sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sang Ayah.
Jagad akan membelikan Ibunya sebuah mesin cuci. Mendengar hal tersebut Ibunya sangat
senang, namun ia berpesan hasil uang itu bukan lah dari uang haram. Jagad dan
kawan-kawannya pun tersadar akan hal itu.
Pada dasarnya mereka berperangai
baik tetapi terpengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang akan membentuk
kepribadian, oleh sebab itu memfilter hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri
dan orang lain perlu diterapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar